“Emi tidak datang juga, mungkin dia sedang sakit. Aku akan menjenguknya ke rumahnya nanti ah” Nana meyakinkan hatinya bahwa Emi hanya sakit agar dia tidak berpikir yang tidak – tidak.
Setelah bel pulang sudah berbunyi. Nana langsung pergi mengunjungi rumah Emi. Setelah sampai, ia mengetuk pintu rumahnya.
“Tok..tok… permisi!” Teriak Nana sambil mengetuk pintu
Tetapi tidak ada siapapun yang menjawab.
Dia terus mengulangi kata tersebut, tetapi tetap saja tidak ada orang. Nana pun melihat ke sekeliling rumah itu dan semuanya tertutup. Nana mengira mungkin Emi dan keluarga sedang pergi. Tak lama kemudian, ia melihat wali kelasnya yang juga berhenti di rumah Emi. Karena penasaran, Nana pun bertanya kepada wali kelasnya.
“Halo bu, selamat siang. Ada keperluan apa ibu datang ke sini?” Tanya Nana pada walinya. Wali kelasnya pun terkejut melihat Nana dan menjawabnya.
“Ah Nana, ibu ingin mengirimkan catatan pelajaran hari ini” Katanya sambil menaruh catatan itu di depan pintu. Nana makin bingung.
“Kenapa tidak langsung berikan orangnya ketika datang nanti?” Kata Nana dengan bingung.
“Ah.. Sebenarnya… Oh iya, ibu ada urusan, ibu pergi dulu ya” Kata walinya sambil tergagap, seperti ada sesuatu yang disembunyikan.
“Ada apa, bu? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi pada Emi? Tolong beritahu aku!” Kata Nana yang mulai menyadari ada sesuatu yang disembunyikan selama ini.
“Umm… Baiklah… Tapi jangan di sini, kita ke tempat lain dulu” Ajak walinya itu. Nana pun mengikuti walinya untuk mencari tempat dimana mereka bisa bicara.
Di sisi lain, Emi membuka gordennya dan melihat Nana sudah pergi. Lalu ia turun ke bawah dan mengambil catatan yang ditinggalkan.
“Maafkan aku Nana…” Bisik Emi dalam hatinya.
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya mereka duduk di bangku sebuah taman.
“Baik ibu akan jelaskan apa yang sedang terjadi. Sebenarnya, Emi tidak sekolah karena ia terlibat masalah keluarga, tadi sebenarnya Emi ada di rumah” Kata walinya
“Haahh!? Kenapa dia tidak menjawabku!? Memangnya ada masalah keluarga apa?” Nana bertanya balik, tetapi ia tiba-tiba mengingat sesuatu
“Keadaan di rumahku sangat berbeda dari yang kau pikirkan…”
“Tidak, aku tidak pernah mengikuti les apapun, walaupun aku mau, orang tuaku pun tak akan pernah mendengarkannya. Aku hanya belajar sendiri”
Nana mengingat kata-kata Emi yang pernah diucapkan dulu. Sekarang, Nana mulai mengerti tentang situasinya. Mungkin keluarganya Emi tidak sebahagia yang dia bayangkan.
“Ayahnya Emi ditangkap atas kasus kekerasan pada seorang anak, tapi itu bukan Emi. Karena itu, Emi jadi terkejut dan tidak pergi ke sekolah. Untuk menghindari media massa sambil menunggu keputusan hukum, ayahnya pindah ke rumahnya Emi. Ayahnya juga punya rumah bersama ibunya dan seorang anak yang menjadi korban itu. Kalau mau lebih rinci, bisa langsung saja membaca beritanya.” Kata walinya.
“Ohh begitu ya… Baiklah bu, terima kasih atas informasinya. Saya izin pergi dulu” Kata Nana.
“Baiklah nak, sampai jumpa” Kata walinya sambil melambaikan tangan. Nana pun membalasnya.
Dalam perjalanan pulang, Nana merasa sangat sedih sekaligus bingung. Ia merasa sedih karena kenapa Emi tidak memberitahunya dan soal kasus itu juga terpikirkan di kepala Nana.
“Siapa anak yang dimaksud itu?” Kata Nana dalam hatinya.
Tetapi, Nana akhirnya memutuskan untuk tidak memikirkan hal tersebut
Di sisi lain, di kamarnya, Emi membaca informasi mengenai kasus ayahnya. Selama ini Emi hampir tidak ingat wajah ayahnya, karena ia disuruh tetap tinggal di rumah kakek dan neneknya sehingga sangat jarang ia menemui ayahnya. Ia curiga pada anak yang menjadi orang itu. Kecurigaannya ditambah dengan ayah bersama dengan kakek dan nenek membicarakan tentang anak itu dan menyuruh merahasiakannya agar Emi tidak tahu. Tetapi Emi mengetahuinya karena menguping dari pintu kamarnya.
“Apakah aku memiliki saudara yang dirahasiakan? Dan kenapa ayah melakukan itu? Apakah dia menaruh dendam kepada anak itu? Atau memang sifat ayah itu buruk?” Tanya Emi dalam hatinya sambil membaca sebuah artikel yang menampilkan kasus itu. Pikirannya banyak sekali dipenuhi pertanyaan.
Kronologi kejadiannya adalah anak itu dikurung di kamarnya dan dipukul. Memang si korban jarang ada di rumah karena tahu perlakuan ayahnya yang sering menyiksa nya. Si korban selalu berangkat sangat pagi dan pulang sangat malam untuk menghindari ayahnya. Tetapi, suatu hari, dia pulang lebih awal sehingga ia bertemu dengan ayahnya di rumah. Lalu pelakunya (ayahnya) pergi ke suatu gedung untuk melakukan kejahatan lainnya. Ayahnya memang sudah sering melakukan kejahatan, tetapi ia selalu lolos. Tapi kali ini tidak, ternyata ia diperangkap oleh beberapa kelompok yang bekerja sama dengan polisi. Di dalam salah satu kelompok itu ada seorang laki-laki yang diduga pacarnya yang mengetahui si korban dikurung. Lalu pacarnya itu pun pergi untuk menyelamatkan korban itu. Sekarang korban sedang diinterogasi polisi.

Ketika ia membaca artikel itu, ia melihat foto korban dan orang yang menyelamatkannya. Korbannya adalah seorang anak SMP kelas 2 yang sekolahnya sama dengan Emi. Rambutnya berwarna cokelat panjang dengan kepang di sampingnya dan diikat dengan pita ungu. Matanya berwarna ungu seperti langit pada malam hari. Namanya adalah Rika. Dan yang menyelamatkannya adalah teman satu kelas korban. Emi pun terkejut.
“Jadi dia korbannya. Jika dilihat lagi, dia sekilas mirip denganku. Hanya berbeda warna rambut saja. Apakah dia benar-benar saudaraku?” Tanya Emi lagi.
Emi terus mencari lebih banyak informasi karena masih banyak sekali pertanyaan yang belum dijawab. Karena informasinya tidak cukup. Maka Emi memutuskan untuk mencari sesuatu di kamar ayahnya.
Emi pergi ke kamar ayahnya, mumpung sedang tidak ada siapa siapa di rumah. Ayahnya sedang pergi karena ada sidang dan kakek neneknya menemaninya.
Di sana ia mencari-cari informasi tentang orang itu, dan ia pun menemukan sesuatu.
“Hmm?” Ia menemukan sebuah Kartu Keluarga. Dikiranya hanya kartu punya keluarganya saja. Tetapi ada sebuah dokumen jatuh dan itu juga sebuah Kartu Keluarga.
Ia berbalik ke belakang sambil memiringkan kepala. Karena penasaran ia pun mengambil dan mengecek kartu keluarga tersebut dan ia pun terkejut.
“A…Apa!? Orang itu.. ada di kartu keluarga ini? Di sini tertulis orang tuanya sama dengan orang tua ku?” Kata Emi dalam hati.
Dia hendak mau pergi tetapi ada sesuatu yang terjatuh. Ia pun lagi berbalik ke belakang. Sebuah fotokopian Kartu Keluarga. Ia mengira itu hanyalah fotokopian kartu punya keluarganya tetapi karena kejadian tadi, ia pun mengeceknya lagi. Dan sesuai duagaannya, isinya dari Kartu Keluarganya berbeda lagi dari yang tadi Emi lihat.
“Sekarang apa lagi… Kartu Keluarga lagi?” Kata Emi dengan bingung. Karena penasaran, ia pun membaca kartu keluarga itu tetapi kali ini ia terkejut lagi.
“Astaga… Ayah tidak ada di sini!? Yang tercantum adalah seseorang pria lain. Tetapi nama ibu tertulis di sini… Apa ibu pernah menikah dengan pria lain? Kalau begitu… Maka Rika adalah… Sepertinya dugaan ku benar” Kata Emi dalam hatinya.
Ketika ia menemukan dokumen itu, ia juga menemukan sebuah album foto. Di album itu, seperti biasa terdapat fotonya dengan orang tuanya. Ia memutuskan untuk melihat itu karena rindu dengan masa kecilnya. Tetapi ketika membalik beberapa halaman. Ia menemukan foto Rika ketika masih kecil bersama ayah dan ibunya. Di mukanya terlihat tidak ada ekspresi. Tatapan matanya sangat kosong seperti langit yang tidak ada bintangnya seakan dia tidak menyukai semuanya.
“Astaga… Ini semakin memperkuat dugaanku. Aku tahu alasan dia berekspresi seperti begitu… Maafkan ayahku…” Sesal Emi dalam hatinya kepada orang itu karena dia tahu ayahnya pasti membuatnya ketakutan.
“Karena itulah ayah memindahkan ku ke rumah nenek kakek. Agar aku tidak pernah mengetahui saudaraku ini…” Tambah Emi.
Tiba-tiba terdengar suara mobil depan rumah, ia tahu ayah dan kakek neneknya sudah datang. Ia pun cepat-cepat membereskan semuanya dan pergi ke kamarnya. Emi sudah memfoto kartu keluarga dan foto di album itu sebagai petunjuk.
Baca juga: Hari Ketika Kau Menghilang Selamanya – (Part 1)
Di kamar, Emi melihat foto-foto kartu keluarga yang dapat dia foto, dan beberapa foto orang itu bersama orang tuanya. Ia masih belum mengerti kenapa ibunya berpisah dengan pria sebelumnya dan menikah dengan ayahnya. Dan kenapa keluarganya menyembunyikan orang itu dari dirinya. Ia membaca artikel itu lebih teliti dan dia menemukan sesuatu. Di artikel itu tertulis bahwa setelah tim penyelidik menyelidiki sang pelaku, ternyata pelaku kasus kekerasan ini sama dengan pelaku kasus pembunuhan seorang pria 13 tahun lalu. Pelaku mengaku bahwa orang yang dia bunuh dulu adalah saudaranya.
“Apa!? Jika dilihat-lihat nama marganya pria itu sama dengan nama marga Rika sama. Jangan-jangan… Ini dia penyebab ibu menikah dengan ayahku. Dan ternyata ayahku sendiri yang melakukannya…” Kata Emi
Emi menengok ke langit sebentar. Lalu ia memutuskan sesuatu.
“Oke, aku sudah tahu apa yang sedang terjadi sekarang. Jika ayah tahu aku sudah mengetahuinya, ia pasti sangat marah… Aku harus menemuinya agar aku tahu semua detail peristiwa yang terjadi hingga berakhir seperti ini…” Kata Emi dalam hatinya yang membulatkan tekadnya untuk bertemu dengan orang itu secara sembunyi-sembunyi.
Beberapa hari setelahnya, Emi sudah mempersiapkan cukup informasi dan bukti untuk melakukan rencananya dan untuk meyakinkan kakaknya bahwa dia adalah adiknya tetapi berbeda ayah. Dengan kepintarannya, ia pun membuat sebuah program untuk melacak keberadadan saudaranya tersebut. Sambil membuat program tersebut, ia memikirkan apakah ia akan sekolah atau tidak besok.
“Sebenarnya aku ingin melanjutkan pencarian saudaraku itu. Tetapi seperti yang aku ketahui, pencarian ini sangat beresiko apalagi jika sampai ketahuan ayah. Aku juga ingin mengetahui sebenarnya apa yang terjadi sehingga ibu meninggalkan pria yang sebelumnya dan menikah dengan ayah. Mungkin aku harus sekolah untuk bertemu dengan Nana. Jika aku berakhir tragis, maka itu akan menjadi pertemuan terakhir…” Katanya dengan nada kecil.
Di sisi lain, di rumah Nana. Ia juga mencari informasi tersebut.
“Kasihan sekali, padahal anak itu cantik sekali… aku tidak menyangka ayahnya Emi akan sejahat itu. Untung anak itu punya pacar yang baik. Apakah Emi selama ini baik-baik saja?” Kata Nana dengan nada kasihan. “Kuharap aku bisa bertemu Emi besok…”
Keesokan harinya, Nana pun pergi ke sekolah dan ia pun melihat Emi seperti biasa sudah duduk di kelas. Ekspresinya tidak seperti biasa. Ia sangat serius membuat sebuah perhitungan di kertasnya. Nana pun menyapanya.